gaib

jangan muncul

Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda || kurikulumsekolahku

Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda || kurikulumsekolahku - Hallo sahabat semua tentang sekolah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda || kurikulumsekolahku, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda || kurikulumsekolahku
link : Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda || kurikulumsekolahku

Baca juga


    Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda || kurikulumsekolahku

    Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda
    a. Pembubaran VOC
        Memasuki akhir abad ke-18 kejayaan VOC mulai merosot.
    Hal ini disebabkan oleh faktor internal dalam tubuh VOC itu sendiri
    maupun faktor eksternal di luar VOC yang menggerogoti
    keberadaan VOC.
        Adapun faktor internal yang menyebabkan kemerosotan
    VOC adalah:
      1) Banyaknya pegawai VOC yang melakukan korupsi.
      2) Sulitnya melakukan pengawasan terhadap daerah penguasaan
    VOC yang sangat luas.
        Faktor eksternal yang menyebabkan kemerosotan VOC
    adalah:
      1) Meletusnya revolusi Prancis menyebabkan Belanda jatuh ke
    tangan Prancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.
      2) Reaksi penentangan oleh rakyat Indonesia terhadap VOC dalam
    bentuk peperangan yang banyak menyedot pembiayaan dan
    tenaga.
    Keadaan yang kian parah dan mengkhawatirkan menyebabkan
    Belanda mengambil sikap, pada tangal 31 Desemnber 1799
    VOC dibubarkan dan pemerintah kolonial di Indonesia mulai
    dkendalikan langsung oleh pemerintah kerajaan Belanda.
    b. Pemerintaham Herman W. Daendels
        Sejak Belanda jatuh ke tangan Prancis pada tahun 1795,
    Belanda diubah namanya menjadi republik Bataaf dan diperintah
    oleh Louis Napoleon, adik kaisar Napoleon Bonaparte. Di samping
    itu, pemerintah Prancis mengkhawatirkan keadaan di Pulau Jawa
    sebagai daerah jajahan Belanda akan direbut oleh Inggris yang
    saat itu tidak berhasil dikuasai oleh Prancis. Oleh karena itu, pada
    tanggal 1 Januari 1808 Louis Napoleon mengutus Herman W.
    Daendels ke Pulau Jawa.
        Pada tanggal 15 Januari 1808 Daendels menerima kekuasaan
    dari Gubernur Jenderal Weise. Daendels dibebani tugas mempertahankan
    Pulau Jawa dari serangan Inggris, karena Inggis telah
    menguasai daerah kekuasaan VOC di Sumatra, Ambon, dan Banda.
        Sebagai gubernur jenderal, langkah-langkah yang ditempuh
    Daendels, antara lain:
      1) Meningkatkan jumlah tentara dengan jalan mengambil dari
    berbagai suku bangsa di Indonesia.
      2) Membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.
      3) Membangun pangkalan armada di Anyer dan Ujung Kulon.
      4) Membangun jalan raya dari Anyer hingga Panarukan, sepanjang
    kurang lebih 1.100 km.
      5) Membangun benteng-benteng pertahanan.
        Dalam rangka mewujudkan langkah-langkah tersebut
    Daendels menerapkan sistem kerja paksa (rodi). Selain menerapkan
    kerja paksa Daendels melakukan berbagai usaha untuk
    mengumpulkan dana dalam menghadapi Inggris. Langkah tersebut
    antara lain:
      1) Mengadakan penyerahan hasil bumi (contingenten).
      2) Memaksa rakyat-rakyat menjual hasil buminya kepada pemerintah
    Belanda dengan harga murah (verplichte leverantie).
      3) Melaksanakan Preanger Stelsel, yaitu kewajiban yang dibebankan
    kepada rakyat Priangan untuk menanam kopi.
      4) Menjual tanah-tanah negara kepada pihak swasta asing seperti
    kepada Han Ti Ko seorang pengusaha Cina.
        Daendels merupakan penguasa yang disiplin, tegas, dan kejam,
    sehingga dikenal sebagai gubernur jenderal yang bertangan besi.
    Ia juga dijuluki Tuan Besar Guntur atau Jenderal Mas Galak.
    Tindakan Daendels ini di mata orang Belanda sendiri ternyata sangat
    dibenci. Daendels juga menjual tanah milik negara kepada
    pengusaha swasta asing, berarti ia telah melanggar undang-undang
    negara. Hal tersebut mengakibatkan ia dipanggil pulang ke
    negerinya dan diganti Jenderal Jassens pada tahun 1811.
        Jassens ternyata berbeda dengan Daendels, ia lemah dan
    kurang cakap. Pemerintah Jassens mewarisi situasi keamanan dan
    ekonomi yang sangat buruk dan dibayang-bayangi ancaman Inggris
    sewaktu-waktu. Pada bulan Agustus 1811 Inggris mendarat di
    Batavia dipimpin Lord Minto. Belanda melakukan perlawanan
    terhadap Inggris, tetapi tidak berhasil. Akibat serangan Inggris
    tersebut Belanda menyerah dan akhirnya menandatangani
    Kapitulasi Tuntang 11 September 1811.
    Isi Perjanjian Tuntang adalah:
      1) Seluruh kekuatan militer Belanda yang ada di kawasan Asia
    Tenggara harus diserahkan kepada Inggris.
      2) Hutang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris.
      3) Pulau Jawa, Madura, dan semua pangkalan Belanda di luar
    Jawa menjadi wilayah kekuasaan Inggris.
        Isi pokok Perjanjian Tuntang tersebut membawa pengaruh
    langsung bagi bangsa Indonesia, yaitu wilayah Nusantara
    diserahkan kepada EIC (Inggris) yang bermarkas di Calcuta India.
    Akibat Kapitulasi Tuntang tersebut Indonesia jatuh ke tangan
    Inggris.


    Demikianlah Artikel Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda || kurikulumsekolahku

    Sekianlah artikel Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda || kurikulumsekolahku kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

    Anda sekarang membaca artikel Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda || kurikulumsekolahku dengan alamat link https://kurikulumsekolahku.blogspot.com/2016/10/pengalihan-kekuasaan-voc-kepada.html

    Related Posts :

    0 Response to "Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda || kurikulumsekolahku"

    Posting Komentar

    Label

    IKLAN